Selasa, 29 Maret 2011

manset / hand warmer untuk gowes

Sekedar COPAS dari milist seorang kawan gowes dari Tasik….., sangat bagus ide…!!
“JADI APA ADA ALASAN LAIN UNTUK TIDAK BER-B2W…..????”
-------------------------------------
Berhubung sy termasuk "item fobia", maka kehadiran manset/hand warmer adalah suatu keharusan.
Berdasarkan pengalaman, manset yang ada suka bikin sakit,atau suka seret klo pas buka tutup (halah...) manset. Mgkn it krn sy pake manset yang murahan.
Maka sy coba inovasi dng menggunakan kaos kaki bola yang byk djual d emperan,seharga 5rb-10rb dng berbagai warna dan corak.
Bikin nya gampang sekali, cukup memotong bagian ujung kaos kaki. Cara pemakaian nya dibalik,yang dipotong td diletakan d bagian terdalam dkt ketek. Bagian melekuk untuk tumit disediakan untuk sikut tangan.
Alhasil, tgn g sakit lg krn manset cukup fleksibel, dan bs gaya krn warna2 ckp byk tersedia d pasar.

Saran sy, pilihlah bahan yang tipis,jgn wol ntr nya kepanasan. Trus yang terpenting agar tidak "ngebrudul" anyaman kain bekas dgunting td, bs hubungi tukang jait untuk diobras. Tp ga jg gpp kok...sy pake aman2 aja, g "ngebrudul".

Berikut attach foto nya..

Semoga bermanfaat.

-- KONSLET --
Komunitas Sepeda Lipet Tasikmalaya | www.konslet.tk | konslet.mail@gmail.com
| fb : konslet
-------------------
japri : dokterfaisal5@gmail.com
fb : dokterfaisal5@gmail.com
ym : dokter_faisal
-------------------

Rabu, 23 Maret 2011

P I S A N G ......!!

Ternyata memang benar pepatah Jawa Kuno yaitu “Kacang ora ninggal lanjaran” (anak meniru apa yang menjadi kebiasaan orang tuanya), hal ini dirasakan ketika benar benar menjadi seoarang Ayah dengan si Junior mulai beranjak besar kira-kira usia 1 tahun hingga sekarang usia 3tahun....

Dan benar juga kata orang tua kita dulu bahwa kita harus mampu menjaga prilaku dan memberi contoh hal baik kepada anak-anak kita kelak.....walaupun dulu dianggap sebagai angin lalu saja.

Ha....ha...ha...ha..ha...... sekarang kena batunya........nich...!!!

si Junior sedang hebat-hebatnya suka belajar “meniru” dari apa yang terjadi dilingkungannya (misal : bahasa iklan di TV) tak terkecuali apa yang dilakukan Bapaknya... baik aku sadari maupun aku tidak sadari.

Percuma... mengatakan(berbicara) Hitam atau Putih.... kepada si Junior.

Dengan hanya sekedar “ceramah” panjang lebar.... si Junior tidak akan menggubris....
he..he..he...... tambah pintar si Juniorku.

N a m u n . . . . .

Hal yang paling aneh adalah ketika harus mengajarkan “be’ol”.........yach “be’ol” atau XXXX (sensor)

.............. kalau hanya sekedar memberikan gambaran secara teori pasti si Junior tetap asik main air dan pasti “be’ol” sembarangan.....

Terpaksa setiap kali “MELAKUKAN UPACARA RITUAL PAGI HARI” diriku harus merelakan diri sebagai modelnya.....

kebanyangkan bagaimana ribetnya....???????

Sambil si Junior dengan tanpa dosa..... selalu berteriak kencang.....diakhir Upacara Ritual Pagi hari

“UUUuuu..... pisang K U N I N G Beuesar....”

......hhmm...

Selasa, 15 Maret 2011

Memilih Kabel Tie (Tie Cable) yang Bijaksana – (reuse reduce recycle)

Kalau kita hoby gowes untuk B2W & Touring/Bikepacker pasti kenal yang namanya Kabel Tie (kabel ties….)
untuk membawa tas ekstra, lampu NR ataupun tiba tiba harus membawa "oleh-oleh" buat keluarga tercinta.... he...he..he...

karena fungsi, sifatnya dari bahan yang fleksibel untuk mengikat segala sesuatu tapi cukup kuat dan tidak mudah putus. Warna dan ukurannya juga tersedia berbagai banyak variasinya…


Karena kegunaanya yang bermanfaat itulah maka kabel tie merupakan salah satu perangkat wajib di tas para peng-gowes B2W & Touring/Bikepacker.

Namun terkadang sayangnya kabel ties tersebut setelah kita memanfaatkannya kemudian “dipotong” dan “dibuang” begitu saja…

Perlu diketahu kabel tie terbuat dari plastic…!!!

yang susah untuk diurai karena memerlukan waktu 50 – 80 tahun untuk terurai secara alami (diolah dari berbagai sumber).

Serem kan??

Lalu apakah kita “anti kabel tie” ??????

Jawaban saya tidak…!!

Apapun penemuan suatu benda pasti ujung-ujungnya untuk mempermudah kehidupan manusia atau memudahkan sesuatu dari masalah awalnya….. termasuk kabel tie tentunya.
( http://en.wikipedia.org/wiki/Cable_tie >>apa itu dan kegunaan...??)

Nach kembali lagi soal Kabel Tie…… ada 2 macam :

- Kabel Tie yang “REUSE” system/sifatnya…… (lihat gambar) yaitu yang menggunakan system “quick release”nya sehingga tanpa ribet bisa kita pakai kembali…




- Kabel Tie yang sekali pakai (lihat gambar) jika mau membukanya harus memakai obeng kecil / tusuk gigi dengan cara mengungkit “pengait pada gigi-giginya” secara terbalik…. (tapi dijamin rada ribet….!!) sehingga cara paling gampang “dipotong” dan “dibuang”…


Jadi pilihan untuk menggunakan kabel tie yang ribet (cenderung tidak Go Green) tidak lah tepat/bijaksana dan beralilah kekabel tie yang REUSE (pasti Go Green)……!!

Sekarang Gowes B2W atau Touring/Bikepacker menjadi tambah nyaman dan aman berkat bantuan “Kabel Tie” ++GO GREEN….... pastinya.

Salam Gowes.

Catatan :
- kecuali beberapa part sepeda yang tidak sering dilepas bisa tetap menggunakan kabel ties yang sekali pakai.

Jumat, 11 Maret 2011

upgrade sederhana komponen “bergerak” pada DLT X-1

Kegiatan B2W, Touring & Bikepacker dengan Sepeda Lipat merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan walaupun beberapa orang menganggap Sepeda Seli tak lebih sebagai sepeda santai untuk rute jarak pendek atau sekedar keliling rumah tinggal saja. Pernyataan itu tidak sepenuhnya salah, namun bagi para penikmat SELI kegiatan B2W, Touring & Bikepacker merupakan hal yang menyenangkan dan mempunyai jawabannya sendiri-sendiri.

Kegiatan tersebut memang membutuhkan sepeda sebuah sepeda lipat yang nyaman dikendarai dengan kompenen yang mendukung kegiatan tersebut.

DLT X-1 atau Dahon Licensed Technology merupakan sepeda murah tapi bukan berarti “murahan”, dari berbagai review baik majalah, blog, kaskus ataupun dalam milist, DLT X-1 merupakan pilihan yang tepat untuk kita yang mempunyai anggaran terbatas tetapi mencari sepeda lipat yang mempunyai kwalitas yang baik cukup dengan modal awal 2,7 – 3 jutaan(kondisi baru).

Dengan dana tersebut memang kita mendapatkan komponen yang sesuai………..

NAMUN JANGAN BERKECIL HATI bagi para pemilik DLT X-1 / Sejenisnya kita bisa mengoptimalkan apa yang kita miliki tanpa menguras isi kantong terlalu dalam.
Kebetulan saya menganut “aliran fungsional” sehingga untuk upgrade sepeda lebih diutamakan pada komponen-komponen utamanya dalam hal ini komponen bergeraknya.

DLT X-1 atau sejenisnya masih menggunakan “ball bearings” atau disebut gotri /pelor pada fungsi Crank Gearnya serta Hub (as roda depan dan belakang).
Hal ini sering menimbulkan masalah yaitu bunyi “klek” atau “kletek-kletek” jika dikayuh, apalagi jika kita penghobi touring-bikepacker yang terkadang harus melibas lintasan yang extreme dengan beban berat.
Dijamin tak berapa lama “ball bearings” pasti hancur/pecah, itulah yang membikin berat untuk dikayuh serta bunyi bunyi yang tak semestinya. Sudah pasti perjalanan yang seharusnya menyenangkan akan menjadi menyebalkan…………….

Bagimana cara mensiasati hal tersebut….??

Saya sudah mencoba pada MY SELLY (DLT X-1) dengan dana tak lebih dari Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk membeli komponen, termasuk minuman softdrink, bakso ketika menunggu pengerjaan dan tips untuk pekerjanya…

- Cari toko sepeda terdekat.

- Ganti “ball bearings” atau disebut gotri /pelor pada fungsi Crank Gearnya dengan bottom bracket yang memiliki teknologi yang lebih baik dari hanya sekedar “ball bearings”yang sederhana Harga Rp.70.000,- (tujuh puluh ribu rupiah)


untuk pemasangan serta ukuran bengkel sepeda lebih tahu, mengingat untuk SELI ukuran panjang BBnya lebih pendek dari sepeda biasanya

- Ganti “ball bearings” atau disebut gotri /pelor pada Hub (as roda depan dan belakang) dengan “ball bearings” yang lebih bagus mutunya (kata orang bengkel yang aseli produk jepang)

Hal ini sangat penting karena “ball bearings” atau disebut gotri /pelor bawaan DLT X-1 sangat jelek dan mudah pecah.
Memang yang aseli jepang per-bijinya lebih mahal sekitar Rp.200, - Rp.300,- dan jumlah “ball bearings” /gotri yang diperlukan satu mahkota ada 13 buah, jadi kalo satu set bearings ada 26 buah gotri tinggal kalikan 2 roda dengan @harga gotri. = Rp.15.000 saja.

- Tapi ada hal yang paling penting yang tidak boleh dilupakan ketika masang “ball bearings” yaitu belilah “gemuk (paslin/vaselin)” yang bagus biasanya memang mahal, tapi itu bisa diakali dengan beli patungan atau anggap saja sebagai barang wajib (bisa dipakai berulang dan lama sekali)
Dengan gemuk/paslin yang bagus biasanya anti air dan tidak mudah meleleh(hilang) dan membuat daya kerja “ball bearings” akan menjadi optimal ---- ngeleser kata orang jawa bilang. & SERASA NAIK XTR...HE..HE..HE..

- Sekalian bengkel suruh reparasi total termasuk setting ulang perpindahan gigi, rem… (service total)

Jika semuanya terpasang dengan baik, sekarang tinggal kita mau gowes kemana???

B2W, Touring, Bikepacker atau sekedar bersantai dengan sepeda lipat kita……. Akan menjadi menyenangkan dan nyaman karena kondisi mengoptimalkan “komponent bergerak”nya menjadi lebih baik dengan modal tak lebih dari Rp.100.000,-(seratus ribu rupiah saja).

Salam gowes

catatan : dapat diaplikasikan ke sepeda lipat sejenisnya.

Karet Ban Dalam Bekas Untuk Menyelesaikan Bunyi “KLEK” Pada Handlebar Post Folding Box (SEPEDA LIPAT)

Suatu ketika MY SELLY (nama sepeda lipatku) mengalami masalah pada handlebar post folding box (lipatan pada handlebar post/stang panjang = lihat foto anatomi sepeda lipat)

yaitu…

sedikit ada celah antara sambungan sehingga terasa sedikit goyang… kemungkinan akibat pemakaian, maklum Gowes B2W setiap hari Sidoarjo – Surabaya jalan yang dilalui tidak “seliabel” (istilah jalan yang rusak & tidak cocok dengan SELI) Sehingga terkadang harus terperosok kelobang yang cukup dalam apalagi ketika hujan tiba….++hobby touring Bikepacker, jadi lengkap sudah penderitaan MY SELLY.

Masalah itu juga menimbulkan bunyi “klek” ketika ada tekanan yang berlebih pada handlebar serta disela-sela sambungan handlebar post folding box terdapat lecet yang cukup dalam sehingga cat asli menjadi terkelupas.

Untuk Newbie (pemula) seperti saya pasti bingung bagaimana menghilangkan bunyi “klek” tersebut ++mengurangi gesekan antara cat pada sambungan tersebut ??

maka saya mencoba eksperimen sederhana yiatu :

- Ambil ban dalam bekas MTB kalau bisa yang tipis jangan ban dalam yang tebal, karena ban dalam tipis biasanya karetnya lebih bagus tapi tidak terlalu tebal serta gunting yang tajam.


- Potong ban dalam yang sudah dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan diameter lingkaran handlebar post folding box


- Letakkan potongan ban dalam tadi pada handlebar post folding box tersebut.


- Tegakkan kembali handlebar post folding box seperti semula.


- Masalah “klek” pada handlebar post folding box terselesaikan. (bisa diulang lagi beberapa waktu jika karet rusak kembali)


Selamat mencoba....

Salam Gowes...!!
kritik & saran : yoan.narotama@gmail.com

Senin, 07 Maret 2011

Manfaat lain dari Jas Hujan 5000-an

Semangat Pagi...

Pada suatu kesempatan harus B2H(Bike 2 Home) dengan segala macam berkas kantor yang diluar kebiasaan sedangkan cuaca Indonesia seperti biasa kalau sore menjelang malam pasti hujan.... ditambah Pannier Bag (Pannier bag http://disanadisitudisini.blogspot.com/2011/01/menyulap-tas-biasa-menjadi-pannier-bag.html & dry bag http://disanadisitudisini.blogspot.com/2011/01/dry-bag-ala-kebiasaan-ibu-kita-reuse.html yang selalu menemani ternyata sudah "over capacity" dan gak mungkin lagi untuk ditambah.

terpaksa tas punggung (cadangan) jadi pilihan yang tepat saat ini, cuma memang kembali lagi... tas punggung untuk gowes/B2W bukan solusi yang nyaman apalagi jarak dari rumah ke kantor 15Km dijamin punggung terasa "panas" & berkeringat....

akhirnya aku mencoba untuk menggantungkan tas punggung di MY SELLY (seperti gambar).....



hhmm.... satu masalah terselesaikan sehingga bisa gowes dengan punggung nyaman (gak gerah),
TAPI......

cuaca pas lagi hujan.... sehingga masalah baru muncul.....!!

Bagaimana dengan tas punggung yang penuh dengan berkas tersebut??
pasti hancur karena basah kena air hujan yang lumayan deresnya.... kalau pakai Bag Cover juga akan sia-sia karena ada bagian tas punggung yang tidak tertutupi...

weleh... weleh....

aku baru ingat, setiap gowes B2W/Touring pasti bawa 2 (dua) jas hujan cadangan (mur-mer cap gambar tebu @Rp.5.000,-).....

akhirnya.... satu aku pakai untuk dipakai sendiri....

cadangannya aku pakai untuk melindungi tas punggung yang penuh dengan berkas tersebut (seperti gambar) & untungnya ukuran lebar+tinggi stang MY SELLY pas dengan jas hujan cadangan tersebut......




Tinggal kemudian merapikan posisi jas hujan cadangan tersebut sehingga posisi untuk gowes terasa nyaman

Dan.......

yang paling penting "handling" terhadap sepeda juga harus diperhatikan... karena kenyamanan serta keamanan tetap merupakan faktor prioritas disamping menjaga tas punggung beserta arsip2 didalamnya selamat sampai tempat tujuan... serperti lampu NR/kunang-kunang/kelap-kelip dan rem harus diatur ulang. (ada baiknya dicoba dulu sebelum gowes dijalan raya)


jadi apa ada alasan lain untuk tidak gowes & ber-B2W ?


Salam Gowes

you:one

"lawam ketidaknyamanan dengan bersepeda"
http://disanadisitudisini.blogspot.com/

Nb :
- cara ini tidak direkomendasikan untuk touring/bikepacker, karena akan mengganggu kenyaman & keselamatan.
- tidak direkomendasikan untuk hujan +angin kencang, sangat berbahaya karena jas hujan tersebut akan menahan laju sepeda dan jika ada angin dari samping mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan.
- beban tas punggung harap diperhatikan karena akan berbanding lurus dengan "handling" sepeda.

Rabu, 02 Maret 2011

ENAK & UENAK....!!


suatu ketika saya pernah di tanya seorang kawan dan ini untuk kesekian kalinya pertanyaan itu selalu muncul.....!!


enak makanannya....?? aku jawab dengan jujur enak....!!
walaupun harus sering berbeda pendapat dengan kawan saya tersebut....


alhamdulillah.... aku diberi "lidah yang ramah" dan dalam bahasaku tentang masakan/makanan hanya ada 2(dua) hal yaitu ENAK & UENAK....!! tidak ada yang lain, dan hal ini sangat mendukung hobby untuk kegiatan traveling/gowes...... karena mulut ini tak akan pernah menolak apapun bentuk dan rasa dari makanan & yang pasti disetiap tempat akan selalu mempunyai "ciri" sendiri...


aku sangat sependapat dengan Pak Bondan dari Wisata Kuliner bahwa "tidak pernah ada orang yang sengaja membuat masakan tidak enak. Bagi saya, masakan tidak enak adalah sebuah kecelakaan"


ada lagi nich....


masih ingat "yak baguuuusss..!!" kata pak tino sidin yang tak lupa selalu memuji setiap karya lukisan bocah-bocah yang dikirimkan kepadanya pada Gemar Menggambar di TVRI. Bagi Tino Sidin tak ada lukisan anak-anak yang buruk, karena setiap karya lukisan mempunyai karakter unik sendiri-sendiri.

itu inspirasinya......

begitu pula.... perasaanku ketika "menikmati" setiap masakan yang dihidangkan dihadapanku... termasuk ketika istri tercinta yang telah bersusah payah memasakkan untukku & keluarga.... "apa yang terhidang dimeja makan harus selalu bisa bersyukur alhamdulillah"

jadi kenapa kita harus tiba tiba menjadi penggerutu makanan / food critics.... bukan malah menjadi food promotor........... ???


salam.
*catatan : olahraga yang baik & teratur agar....
"Tetap Sehat Tetap Semangat Agar Dapat Jalan2 Dan Makan Lagi" (bondan winarno)