Adat dan budaya Jawa penuh dengan keanekaragaman dan nuansa filosofis yang sangat dalam dan mengena. Kalau selama ini kita mengenal tingkah laku dan tindak tanduk orang Jawa yang klemar klemer, tentu jangan berprasangka jelek dulu, karena itupun ada makna dan nilai filosofi yang melatarbelakanginya.
Salah satu ungkapan yang filosofis adalah “Urip Mung Mampir Ngombe”, yang dapat diartikan orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Ungkapan yang mempunyai arti sederhana namun dalam maknanya, dimana hidup mengacu kepada alam madya, yaitu kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia. Dalam budaya Jawa, kehidupan di dunia ini dapat diibaratkan sebagai perang antara nafsu baik dan nafsu jahat. Agar manusia dapat memenangkan perang tersebut, sehingga pada saat kematian rohnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia harus dapat menempatkan hati nuraninya di atas nafsu dengan latihan pengendalian diri dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa hingga selamat di dunia maupun di alam kelak nanti.
Oleh seorang seniman Jawa yang bernama Batak, Butet Kartaredjasa – si Raja Monolog - ungkapan ini diplesetkan menjadi “Urip Mung Mampir Ngguyu” dimana kurang lebih artinya sama dengan ungkapan aslinya. Hidup itu hanya mampir tertawa. Kalau kita bisa tertawa bersama Yang Memberi Hidup, itu lebih baik. Kalau umat-Nya bisa tertawa itu juga pasti atas kehendak-Nya bukan ? Tapi kita jangan tertawa karena berkuasa atau merasa lebih hebat dari orang lain. Mari kita tertawa sambil bersyukur karena Tuhan masih memberikan berkah-Nya.
Apa masih bisa diplesetkan lagikah ungkapan itu ? Tentu bisa ! Bagi kita yang sudah dan yang akan pikir-pikir akan memilih gaya hidup bersepeda ke tempat kerja ata aktivitas apapun, tentu bisa menjadikan ungkapan ini sebagai salah satu pedoman aktivitasnya, “Urip Mung Mampir Mancal”. Ya, karena hidup ini hanyalah hitungan sekejap dan apa yang kita lakukan dengan bersepeda memang sederhana, namun mempunyai makna berarti dan dalam. Belajar keseimbangan, belajar bermanuver, belajar melambat dan juga mempercepat kayuhan. Bukankah hal-hal seperti itu yang juga kita lakukan dalam menyikapi kehidupan sehari-hari ?
Hal-hal yang pelik dalam kehidupan sehari-hari seperti kemacetan tiada akhir setiap harinya, sebenarnya bisa diselesaikan dengan tindakan sederhana, dengan bersepeda ke tempat kerja atau aktivitas. Luangkanlah waktu sejenak untuk keluar dari comfort zone dan bertindak langsung dengan mengayuhkan sepeda kemana kita mau, kapan kita mau., tanpa ada hambatan, tanpa ongkos bensin membebani. Kesederhanaan memang sering diartikan kesepelean dan hal yang remeh di mata sebagian banyak orang, namun kesederhanaan sering tampil sebagai solusi cerdas atas berbagai masalah yang kita hadapi sehari-hari. Contohnya sudah jelas di depan mata, sampai kapan kita tahan terhadap kemacetan lalu lintas ? Sampai kapan kita berharap pada otoritas penguasa untuk mengatasi kemacetan ? Dan sampai kapan kita mau terus merogoh kocek kita untuk kebutuhan pengeluaran ongkos transport yang makin tidak murah ?
Bersepeda hanyalah sekelumit dari aktivitas kita sehari-hari, simpel dan lugas. Tidak perlu peralatan yang wah, canggih ataupun teknologi tinggi. Cukup turunkan sepeda anda yang selama ini lama menggantung atau teronggok di gudang rumah, rapihkan, bersihkan. Ditambah peralatan keamanan (safety) yang memadai, jadilah anda sebagai bagian dari solusi. Dengan demikian anda telah menjadi sebatang lidi yang lambat laun terkumpul dengan batang-batang lidi lainnya terikat erat dalam satu komunitas yang kita cintai. Niscaya semakin banyak batang lidi berkumpul menjadi satu, semakin teguhlah arah tujuan kita untuk kehidupan yang lebih baik di sekeliling kita.
“Urip Mung Mampir Mancal” gaya ungkapan plesetan KW3 ini mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dari ungkapan orisinilnya. Tetap merunduk rendah hati dalam sikap, sederhana dalam tindakan namun efektif dalam solusi dan efisien dalam bergerak. Hidup cuma sekejap, kalau kita bisa bersepeda, ngguyu dan mampir ngombe saat istirahat setelah lelah bersepeda bersama ataupun sendiri, alangkah indahnya hidup. Penuh warna dan banyak berbagi kesenangan dan kesehatan bagi orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana menurut anda ?
Ivan (member of B2W-Indonesia)
ivangunawan2005@yahoo.com