Selasa, 29 November 2011
Hujan dan Sepeda
"Kalau hujan, gimana?" Pertanyaan itu sering dilontarkan orang-orang (teman, pemilik warung makan kaki lima, tukang roti bakar, dll) sehubungan dengan kegemaran saya bersepeda ke kantor. Malah, si pemilik warung makan pernah bertanya, "Emang enggak sakit naik sepeda hujan-hujanan?"
Untuk pertanyaan pertama, saya menjawab, "Kalau hujan, ya hujan-hujanan." Pertanyaan kedua, saya jawab singkat, "Enggak," sambil menghirup uap hangat yang mengepul dari secangkir susu jahe panas.
Meskipun dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah saya diajari bagaimana proses hujan terjadi, saya tidak pernah benar-benar menyaksikannya dari awal hingga akhir (air menguap dari laut, danau, dan sungai; tertiup angin; dan seterusnya). Oleh karena itu, bagi saya hujan tetaplah keajaiban yang berada di luar kendali. Saya terlalu kecil untuk mencegah atau membatalkan hujan yang ajaib. Jadi, saya hanya mempunyai dua pilihan: menghindari atau menikmati hujan.
Ingatan pun kembali ke masa-masa kecil. Ketika itu, salah satu larangan yang paling tidak saya sukai berbunyi, "Jangan hujan-hujanan!" Maksud orangtua saya tentu baik. Mereka tidak ingin saya sakit atau paling apes mati gosong tersambar petir. Tapi, adakah kesenangan masa kecil yang melebihi serunya hujan-hujanan? Sambil curi-curi kesempatan, hujan-hujanan tetap dilakukan sambil main bola, sepeda, atau kucing-kucingan. Cipratan air bercampur lumpur diiringi tawa riang teman-teman menjadi bumbu yang membuat saya melupakan kotor, basah, dan sakit.
Kini, saya menemukan kembali kesenangan masa kecil itu. Secara rutin, seminggu tiga kali saya bersepeda ke kantor dengan jarak kira-kira 30 kilometer pulang pergi. Sepanjang bulan November, hampir setiap dua hari sekali saya bercengkerama dengan hujan dan genangan air.
Di Bandung, sepertinya jadwal hujan sudah diatur sedemikian rupa agar bertepatan dengan jam pulang kerja. Tapi, itu tidak masalah karena saya senang bersepeda dan saya senang hujan-hujanan. Jika keduanya digabungkan, saya pun jadi bersenang-senang. Satu hal yang pasti, saya tidak pernah bersepeda dengan muka cemberut meskipun kadang saya harus berbagi cipratan air dengan pengemudi mobil dan pengendara sepeda motor. Sesungguhnya tidak benar-benar berbagi karena cipratan yang dihasilkan sepeda lebih sedikit dan saya benar-benar basah sementara mereka tidak. Namun, itu tetap menyenangkan dan saya tersenyum. Tidak ada ruang untuk merasa jengkel saat jantung dan paru-paru bekerja sama memompa darah dan udara yang terasa lebih segar ketika hujan.
Tentu saja, tiap-tiap orang memiliki daya tahan tubuh berbeda. Oleh karena itu, saya bersyukur selama ini dikaruniai kesehatan sehingga bisa menikmati hujan sambil mengayuh sepeda. Terkadang juga hujan tampak tak ramah karena turun dengan derasnya disertai angin kencang dan petir menyambar. Saya pribadi menganggapnya sebagai pengingat untuk menepi dan bersilaturahim dengan pemilik warung kopi, mie rebus, ketan bakar, atau makanan enak khas pinggir jalan lain yang sering luput dari perhatian saat menggunakan kendaraan bermotor karena terburu-buru atau emosi kita tersita oleh kemacetan.
Ah, musim hujan sepertinya masih panjang. Saya bisa memilih mengeluh setiap kali hujan turun, tapi saya lebih suka menikmatinya sambil mengayuh sepeda.
Hujan-hujanan yuk!
Bandung, 29 November 2011
Moh. Sidik Nugraha
Untuk pertanyaan pertama, saya menjawab, "Kalau hujan, ya hujan-hujanan." Pertanyaan kedua, saya jawab singkat, "Enggak," sambil menghirup uap hangat yang mengepul dari secangkir susu jahe panas.
Meskipun dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah saya diajari bagaimana proses hujan terjadi, saya tidak pernah benar-benar menyaksikannya dari awal hingga akhir (air menguap dari laut, danau, dan sungai; tertiup angin; dan seterusnya). Oleh karena itu, bagi saya hujan tetaplah keajaiban yang berada di luar kendali. Saya terlalu kecil untuk mencegah atau membatalkan hujan yang ajaib. Jadi, saya hanya mempunyai dua pilihan: menghindari atau menikmati hujan.
Ingatan pun kembali ke masa-masa kecil. Ketika itu, salah satu larangan yang paling tidak saya sukai berbunyi, "Jangan hujan-hujanan!" Maksud orangtua saya tentu baik. Mereka tidak ingin saya sakit atau paling apes mati gosong tersambar petir. Tapi, adakah kesenangan masa kecil yang melebihi serunya hujan-hujanan? Sambil curi-curi kesempatan, hujan-hujanan tetap dilakukan sambil main bola, sepeda, atau kucing-kucingan. Cipratan air bercampur lumpur diiringi tawa riang teman-teman menjadi bumbu yang membuat saya melupakan kotor, basah, dan sakit.
Kini, saya menemukan kembali kesenangan masa kecil itu. Secara rutin, seminggu tiga kali saya bersepeda ke kantor dengan jarak kira-kira 30 kilometer pulang pergi. Sepanjang bulan November, hampir setiap dua hari sekali saya bercengkerama dengan hujan dan genangan air.
Di Bandung, sepertinya jadwal hujan sudah diatur sedemikian rupa agar bertepatan dengan jam pulang kerja. Tapi, itu tidak masalah karena saya senang bersepeda dan saya senang hujan-hujanan. Jika keduanya digabungkan, saya pun jadi bersenang-senang. Satu hal yang pasti, saya tidak pernah bersepeda dengan muka cemberut meskipun kadang saya harus berbagi cipratan air dengan pengemudi mobil dan pengendara sepeda motor. Sesungguhnya tidak benar-benar berbagi karena cipratan yang dihasilkan sepeda lebih sedikit dan saya benar-benar basah sementara mereka tidak. Namun, itu tetap menyenangkan dan saya tersenyum. Tidak ada ruang untuk merasa jengkel saat jantung dan paru-paru bekerja sama memompa darah dan udara yang terasa lebih segar ketika hujan.
Tentu saja, tiap-tiap orang memiliki daya tahan tubuh berbeda. Oleh karena itu, saya bersyukur selama ini dikaruniai kesehatan sehingga bisa menikmati hujan sambil mengayuh sepeda. Terkadang juga hujan tampak tak ramah karena turun dengan derasnya disertai angin kencang dan petir menyambar. Saya pribadi menganggapnya sebagai pengingat untuk menepi dan bersilaturahim dengan pemilik warung kopi, mie rebus, ketan bakar, atau makanan enak khas pinggir jalan lain yang sering luput dari perhatian saat menggunakan kendaraan bermotor karena terburu-buru atau emosi kita tersita oleh kemacetan.
Ah, musim hujan sepertinya masih panjang. Saya bisa memilih mengeluh setiap kali hujan turun, tapi saya lebih suka menikmatinya sambil mengayuh sepeda.
Hujan-hujanan yuk!
Bandung, 29 November 2011
Moh. Sidik Nugraha
Sabtu, 26 November 2011
Selasa, 15 November 2011
Rundown Future Heat 2011
Future Heat 2011
The Search Is
On Indonesian Newest DJ & Models. Be The Next Rissing Star...
@My Palce,
Kartika Graha Hotel - Malang, 17 – 18 November 2011
Rundown DJ’s
Coaching & Audisi DJ’s @My Place,
17 November 2011
09.00 - 10.00 WIB Regristration
10.00 - 12.53 WIB choacing
12.00 - 13.00 WIB break
13.00 - 15.30 WIB Audition one on one
Semifinal DJ’s @My Place, 17 November 2011
19.00 - 20.00 WIB Check Sound DJ’s
00.00 - till drop Perform DJ’s
Final DJ’s @My Place, 18 November 2011
21.00 - 22.00 WIB Check Sound DJ’s
00.00 - till drop Perform DJ’s
& Winner Announcement
Note :
DJ’s : uniform (Sponsor – saat daftar
ulang)
Rundown Models
Coaching & Audisi Models @My
Place, 17 November 2011
12.30 - 13.00 WIB Regristration
13.00 - 14.30 WIB choacing
14.30 - 15.00 WIB Audition one on one
Note : WAJIB
·
menggunakan hotpants/rokmini
·
memakai high heels min. 9 cm
warna hitam
·
tidak boleh menggunakan
stocking
·
uniform bebas - casual chic
(saat coaching)
·
uniform u can see (sponsor –
saat audition one on one)
Semifinal Models @My Place, 17 November
2011
15.00 - 16.30 WIB Blocking Models
16.30 - 19.00 WIB All Models Make up &
Hair Do
20.05 - 21.30 WIB Fashion Show Models
Note : WAJIB
·
menggunakan hotpants/rokmini
·
memakai high heels min.9 cm
warna hitam
·
tidak boleh menggunakan
stocking
·
Uniform casual chic (sesuai
venue) & asesoris diperbolehkan (FASHION SHOW SEQUNCE # 1)
·
Uniform u can see (sponsor –
FASHION SHOW SEQUNCE # 2)
·
All models make up & hair
do (peserta masing-masing)
Final Models @My Place, 18 November 2011
16.30 - 18.30 WIB Blocking Finalist Models
18.00 - 21.00 WIB All Models Make up &
Hair Do
22.05 - 23.34 WIB Fashion Show Models
& Winner Announcement
Note : WAJIB
·
menggunakan hotpants/rokmini
·
memakai high heels min. 9 cm
warna hitam
·
tidak boleh menggunakan
stocking
·
Uniform by ……………….
(FASHION SHOW SEQUNCE # 1)
·
Uniform u can see (sponsor –
FASHION SHOW SEQUNCE # 2)
·
All models make up & hair
do (peserta masing-masing)
registration FREE : (16 November 2011)
Organized By :
- VIZA:COMM
- Filter Management
Present By :
LA Menthol Lights "cool moments"
Support by:
MyPlace,
Ravelex.net,
Elfara93fm,
Radar Malang
www.disanadisitudisini.blogspot.com
Kamis, 10 November 2011
The Search Is On Indonesian Newest DJ & Models. Be The Next Rissing Star...
The Search Is On Indonesian Newest DJ & Models. Be The Next Rissing Star...
FUTURE HEAT 2011@Malang Registration Now Open!
'Till Nov 14th ...FREE!!!
17 November 2011 @My Place - MALANG *Coaching & Audisi One on One *Semi Final
18 November 2011 @My Place - MALANG *Final
Syarat u DJ :
1.Terbuka Untuk Umum
2.Umur 18-29 Tahun
3.Menyertakan Foto Copy Identitas KTP/SIM/Kartu Mahasiswa
(semua syarat dapat dikirimkan melalui email)
Syarat u models :
1.Terbuka Untuk Umum
2.Umur 18-25 Tahun
3.Menyertakan Foto Copy Identitas KTP/SIM/Kartu Mahasiswi
4.Menyertakan Foto Berwarna , Ukuran Full Body
(semua syarat dapat dikirimkan melalui email)
HADIAH: Total Price IDR 150 Millions
DJ
-Juara 1 Rp 3.000.000,- + Sertifikat
-Juara 2 Rp 2.000.000,- + Sertifikat
-Juara 3 Rp 1.500.000,- + Sertifikat
MODEL PROFESIONAL
-Juara 1 Rp 5.000.000,- + Sertifikat
-Juara 2 Rp 3.000.000,- + Sertifikat
-Juara 3 Rp 2.000.000,- + Sertifikat
MODEL AMATIR
-Juara 1 Rp 3.000.000,- + Sertifikat
-Juara 2 Rp 2.000.000,- + Sertifikat
-Juara 3 Rp 1.500.000,- + Sertifikat
Form pick up point:
# Jl. Soekarno Hatta Ruko Taman Niaga B.20 - Malang (CP. Dody 0341-404822)
# MY Place, Kartika Graha Hotel Jl. Jaksa Agung Suprapto 17 malang
For more info :
# Donny Adrie
Hp. 0813 331 99998
Pin. 22DF69CA
YM. Downeyadrie@yahoo.com
# Yoan Narotama (VIZA:COMM)
Hp. 081 55 5050 747
Pin. 26AE3DAA
Email : vcsurabaya@gmail.com
Organized By :
- VIZA:COMM
- Filter Management
Present By :
LA Menthol Lights "cool moments"
Support by:
MyPlace,
Ravelex.net,
Elfara93fm,
Radar Malang
VIZA:COMM (RO Surabaya)
Jl. Gayung Kebonsari No.46
Komplek Graha Indah Blok A1 Surabaya
tlp : 031 - 81965747 / 8294507 fax : 031 - 8294407
www.disanadisitudisini.blogspot.com
Kamis, 03 November 2011
URIP MUNG MAMPIR MANCAL
Adat dan budaya Jawa penuh dengan keanekaragaman dan nuansa filosofis yang sangat dalam dan mengena. Kalau selama ini kita mengenal tingkah laku dan tindak tanduk orang Jawa yang klemar klemer, tentu jangan berprasangka jelek dulu, karena itupun ada makna dan nilai filosofi yang melatarbelakanginya.
Salah satu ungkapan yang filosofis adalah “Urip Mung Mampir Ngombe”, yang dapat diartikan orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Ungkapan yang mempunyai arti sederhana namun dalam maknanya, dimana hidup mengacu kepada alam madya, yaitu kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia. Dalam budaya Jawa, kehidupan di dunia ini dapat diibaratkan sebagai perang antara nafsu baik dan nafsu jahat. Agar manusia dapat memenangkan perang tersebut, sehingga pada saat kematian rohnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia harus dapat menempatkan hati nuraninya di atas nafsu dengan latihan pengendalian diri dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa hingga selamat di dunia maupun di alam kelak nanti.
Oleh seorang seniman Jawa yang bernama Batak, Butet Kartaredjasa – si Raja Monolog - ungkapan ini diplesetkan menjadi “Urip Mung Mampir Ngguyu” dimana kurang lebih artinya sama dengan ungkapan aslinya. Hidup itu hanya mampir tertawa. Kalau kita bisa tertawa bersama Yang Memberi Hidup, itu lebih baik. Kalau umat-Nya bisa tertawa itu juga pasti atas kehendak-Nya bukan ? Tapi kita jangan tertawa karena berkuasa atau merasa lebih hebat dari orang lain. Mari kita tertawa sambil bersyukur karena Tuhan masih memberikan berkah-Nya.
Apa masih bisa diplesetkan lagikah ungkapan itu ? Tentu bisa ! Bagi kita yang sudah dan yang akan pikir-pikir akan memilih gaya hidup bersepeda ke tempat kerja ata aktivitas apapun, tentu bisa menjadikan ungkapan ini sebagai salah satu pedoman aktivitasnya, “Urip Mung Mampir Mancal”. Ya, karena hidup ini hanyalah hitungan sekejap dan apa yang kita lakukan dengan bersepeda memang sederhana, namun mempunyai makna berarti dan dalam. Belajar keseimbangan, belajar bermanuver, belajar melambat dan juga mempercepat kayuhan. Bukankah hal-hal seperti itu yang juga kita lakukan dalam menyikapi kehidupan sehari-hari ?
Hal-hal yang pelik dalam kehidupan sehari-hari seperti kemacetan tiada akhir setiap harinya, sebenarnya bisa diselesaikan dengan tindakan sederhana, dengan bersepeda ke tempat kerja atau aktivitas. Luangkanlah waktu sejenak untuk keluar dari comfort zone dan bertindak langsung dengan mengayuhkan sepeda kemana kita mau, kapan kita mau., tanpa ada hambatan, tanpa ongkos bensin membebani. Kesederhanaan memang sering diartikan kesepelean dan hal yang remeh di mata sebagian banyak orang, namun kesederhanaan sering tampil sebagai solusi cerdas atas berbagai masalah yang kita hadapi sehari-hari. Contohnya sudah jelas di depan mata, sampai kapan kita tahan terhadap kemacetan lalu lintas ? Sampai kapan kita berharap pada otoritas penguasa untuk mengatasi kemacetan ? Dan sampai kapan kita mau terus merogoh kocek kita untuk kebutuhan pengeluaran ongkos transport yang makin tidak murah ?
Bersepeda hanyalah sekelumit dari aktivitas kita sehari-hari, simpel dan lugas. Tidak perlu peralatan yang wah, canggih ataupun teknologi tinggi. Cukup turunkan sepeda anda yang selama ini lama menggantung atau teronggok di gudang rumah, rapihkan, bersihkan. Ditambah peralatan keamanan (safety) yang memadai, jadilah anda sebagai bagian dari solusi. Dengan demikian anda telah menjadi sebatang lidi yang lambat laun terkumpul dengan batang-batang lidi lainnya terikat erat dalam satu komunitas yang kita cintai. Niscaya semakin banyak batang lidi berkumpul menjadi satu, semakin teguhlah arah tujuan kita untuk kehidupan yang lebih baik di sekeliling kita.
“Urip Mung Mampir Mancal” gaya ungkapan plesetan KW3 ini mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dari ungkapan orisinilnya. Tetap merunduk rendah hati dalam sikap, sederhana dalam tindakan namun efektif dalam solusi dan efisien dalam bergerak. Hidup cuma sekejap, kalau kita bisa bersepeda, ngguyu dan mampir ngombe saat istirahat setelah lelah bersepeda bersama ataupun sendiri, alangkah indahnya hidup. Penuh warna dan banyak berbagi kesenangan dan kesehatan bagi orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana menurut anda ?
Ivan (member of B2W-Indonesia)
ivangunawan2005@yahoo.com
Salah satu ungkapan yang filosofis adalah “Urip Mung Mampir Ngombe”, yang dapat diartikan orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Ungkapan yang mempunyai arti sederhana namun dalam maknanya, dimana hidup mengacu kepada alam madya, yaitu kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia. Dalam budaya Jawa, kehidupan di dunia ini dapat diibaratkan sebagai perang antara nafsu baik dan nafsu jahat. Agar manusia dapat memenangkan perang tersebut, sehingga pada saat kematian rohnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia harus dapat menempatkan hati nuraninya di atas nafsu dengan latihan pengendalian diri dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa hingga selamat di dunia maupun di alam kelak nanti.
Oleh seorang seniman Jawa yang bernama Batak, Butet Kartaredjasa – si Raja Monolog - ungkapan ini diplesetkan menjadi “Urip Mung Mampir Ngguyu” dimana kurang lebih artinya sama dengan ungkapan aslinya. Hidup itu hanya mampir tertawa. Kalau kita bisa tertawa bersama Yang Memberi Hidup, itu lebih baik. Kalau umat-Nya bisa tertawa itu juga pasti atas kehendak-Nya bukan ? Tapi kita jangan tertawa karena berkuasa atau merasa lebih hebat dari orang lain. Mari kita tertawa sambil bersyukur karena Tuhan masih memberikan berkah-Nya.
Apa masih bisa diplesetkan lagikah ungkapan itu ? Tentu bisa ! Bagi kita yang sudah dan yang akan pikir-pikir akan memilih gaya hidup bersepeda ke tempat kerja ata aktivitas apapun, tentu bisa menjadikan ungkapan ini sebagai salah satu pedoman aktivitasnya, “Urip Mung Mampir Mancal”. Ya, karena hidup ini hanyalah hitungan sekejap dan apa yang kita lakukan dengan bersepeda memang sederhana, namun mempunyai makna berarti dan dalam. Belajar keseimbangan, belajar bermanuver, belajar melambat dan juga mempercepat kayuhan. Bukankah hal-hal seperti itu yang juga kita lakukan dalam menyikapi kehidupan sehari-hari ?
Hal-hal yang pelik dalam kehidupan sehari-hari seperti kemacetan tiada akhir setiap harinya, sebenarnya bisa diselesaikan dengan tindakan sederhana, dengan bersepeda ke tempat kerja atau aktivitas. Luangkanlah waktu sejenak untuk keluar dari comfort zone dan bertindak langsung dengan mengayuhkan sepeda kemana kita mau, kapan kita mau., tanpa ada hambatan, tanpa ongkos bensin membebani. Kesederhanaan memang sering diartikan kesepelean dan hal yang remeh di mata sebagian banyak orang, namun kesederhanaan sering tampil sebagai solusi cerdas atas berbagai masalah yang kita hadapi sehari-hari. Contohnya sudah jelas di depan mata, sampai kapan kita tahan terhadap kemacetan lalu lintas ? Sampai kapan kita berharap pada otoritas penguasa untuk mengatasi kemacetan ? Dan sampai kapan kita mau terus merogoh kocek kita untuk kebutuhan pengeluaran ongkos transport yang makin tidak murah ?
Bersepeda hanyalah sekelumit dari aktivitas kita sehari-hari, simpel dan lugas. Tidak perlu peralatan yang wah, canggih ataupun teknologi tinggi. Cukup turunkan sepeda anda yang selama ini lama menggantung atau teronggok di gudang rumah, rapihkan, bersihkan. Ditambah peralatan keamanan (safety) yang memadai, jadilah anda sebagai bagian dari solusi. Dengan demikian anda telah menjadi sebatang lidi yang lambat laun terkumpul dengan batang-batang lidi lainnya terikat erat dalam satu komunitas yang kita cintai. Niscaya semakin banyak batang lidi berkumpul menjadi satu, semakin teguhlah arah tujuan kita untuk kehidupan yang lebih baik di sekeliling kita.
“Urip Mung Mampir Mancal” gaya ungkapan plesetan KW3 ini mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dari ungkapan orisinilnya. Tetap merunduk rendah hati dalam sikap, sederhana dalam tindakan namun efektif dalam solusi dan efisien dalam bergerak. Hidup cuma sekejap, kalau kita bisa bersepeda, ngguyu dan mampir ngombe saat istirahat setelah lelah bersepeda bersama ataupun sendiri, alangkah indahnya hidup. Penuh warna dan banyak berbagi kesenangan dan kesehatan bagi orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana menurut anda ?
Ivan (member of B2W-Indonesia)
ivangunawan2005@yahoo.com
Rabu, 02 November 2011
memanfaatkan isolasi/lakban kertas
ketika saya memutuskan untuk jatuh cinta dengan "sepeda lipat" (SELI)
dan meminang MY SELLY sebagai tambatan hati, sebenarnya ada kebingungan…. karena untuk menempatkan braket tempat air minum pada posisi yang pas untuk diraih oleh tangan pada saat membutuhkannya.....
sedangkan tempat yang memang disediakan (dari pabrik) untuk braket tempat air minum letaknya sangat aneh dan berpotensi jatuh dan bocor airnya jika kena jalan yang tidak rata.
Apalagi sejak kenal komunitas sepeda lipat di surabaya (surabaya folding bike & bikeberry) yang sebagian para suhunya suka hobby gowes "touring" maklum kentolnya sudah terbuat dari titanium. dengan "virus" touring yang ditularkan tersebut, air minum menjadi faktor utama agar perjalanan jauh tidak sampai terkendala dengan bahaya "dehidrasi" yang selalu mengancam…....
HANYA karena kita terlambat untuk minum air karena posisi tempat air minum yang tidak nyaman/membikin males.
Lalu terpikir ide yang awalnya melihat posisi braket tempat air minum pada sepeda MTB atau sepeda balap.... yang posisinya tepat pada bawah kaki kita dan mudah untuk diraihnya. Posisi yang sangat sempurna…
Demi memuaskan keingintahuan tersebut seat-post awalnya mau bikinkan tempat dengan di "bor" dan memakai baut untuk menahan braket tempat air minum tersebut tapi..... sekali lagi mengingat fungsi SELI yang harus dengan mudah untuk "dilipat-dibuka-dilipat-dibuka" akan mengalami kesulitan tersendiri.
Setelah serangkaian ujicoba mulai kabel ties, karet ban bekas, sampai kawat taman, akhirnya pilihan jatuh ke lakban kertas ukuran 2 cm, pilihan lakban kertas bukan tanpa alasan karena dapat kuat menahan braket tempat air minum beserta isinya dengan aman dan sewaktu waktu dapat dilepas tanpa meninggalkan noda bekas lem yang melekat.
Peralatan yang dibutuhkan
1. lakban kertas 2cm
2. braket air minum dari plastic yang penampangnya besar
3. tempat air minum berbagai jenis pilihannya
dan meminang MY SELLY sebagai tambatan hati, sebenarnya ada kebingungan…. karena untuk menempatkan braket tempat air minum pada posisi yang pas untuk diraih oleh tangan pada saat membutuhkannya.....
sedangkan tempat yang memang disediakan (dari pabrik) untuk braket tempat air minum letaknya sangat aneh dan berpotensi jatuh dan bocor airnya jika kena jalan yang tidak rata.
Apalagi sejak kenal komunitas sepeda lipat di surabaya (surabaya folding bike & bikeberry) yang sebagian para suhunya suka hobby gowes "touring" maklum kentolnya sudah terbuat dari titanium. dengan "virus" touring yang ditularkan tersebut, air minum menjadi faktor utama agar perjalanan jauh tidak sampai terkendala dengan bahaya "dehidrasi" yang selalu mengancam…....
HANYA karena kita terlambat untuk minum air karena posisi tempat air minum yang tidak nyaman/membikin males.
Lalu terpikir ide yang awalnya melihat posisi braket tempat air minum pada sepeda MTB atau sepeda balap.... yang posisinya tepat pada bawah kaki kita dan mudah untuk diraihnya. Posisi yang sangat sempurna…
Demi memuaskan keingintahuan tersebut seat-post awalnya mau bikinkan tempat dengan di "bor" dan memakai baut untuk menahan braket tempat air minum tersebut tapi..... sekali lagi mengingat fungsi SELI yang harus dengan mudah untuk "dilipat-dibuka-dilipat-dibuka" akan mengalami kesulitan tersendiri.
Setelah serangkaian ujicoba mulai kabel ties, karet ban bekas, sampai kawat taman, akhirnya pilihan jatuh ke lakban kertas ukuran 2 cm, pilihan lakban kertas bukan tanpa alasan karena dapat kuat menahan braket tempat air minum beserta isinya dengan aman dan sewaktu waktu dapat dilepas tanpa meninggalkan noda bekas lem yang melekat.
Peralatan yang dibutuhkan
1. lakban kertas 2cm
2. braket air minum dari plastic yang penampangnya besar
3. tempat air minum berbagai jenis pilihannya
caranya sangatlah mudah :
1. bersihkan seat-post yang akan ditempel braket
2. langsung "mainkan" lakban kertas pada gambar
3. setelah rapi... lalu siap dipergunakan.
you:one
"lawan ketidaknyamanan dengan bersepeda"
Langganan:
Postingan (Atom)