Rabu, 25 November 2009
Cara Bebas dari Stres
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar bisa mencapai kebahagiaan baik lahir maupun batin. Karena dengan hati yang bahagia akan membuat seseorang terbebas dari stres, tertekan dan membuat hidup lebih sehat.
Kebahagiaan yang dialami oleh seseorang biasanya tumbuh dari pikiran orang itu sendiri, mengenai bagaimana perspektif tentang kehidupan dan tindakan apa yang harus diambil untuk menunjang kebahagiaan.
Ada 5 cara yang bisa dilakukan agar bisa mendapatkan kebahagiaan sejati terbebas dari stres dan dapat menjalani hidup dengan optimistis yang bisa membantu menyehatkan jantungnya, seperti dikutip dari Huffingtonpost, Selasa (24/11/2009):
1. Syukuri apapun yang telah diberikan. Memiliki rasa bahagia adalah dasar dari kehidupan yang bahagia, dan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dengan orang lain serta dapat mengirimkan perasaan bahagia bagi orang disekitarnya. Pikirkanlah semua keindahan yang pernah dialami.
2. Lakukan hal yang paling disukai. Banyak orang yang berusaha menyenangkan orang lain dengan melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan dirinya dan ini tidak akan menimbulkan kebahagiaan. Jujurlah pada diri sendiri dan lakukan segala hal yang paling Anda disukai.
3. Meminta maaf dan memaafkan. Menyimpan dendam atau kesalahan tidak akan bisa menciptakan suatu kebahagiaan. Cobalah untuk meminta dan memberi maaf pada orang lain, yang akan membuat terbebas dari rasa bersalah atau dendam. Karena jika tidak diungkapkan semakin lama akan semakin mengganggu pikiran dan produktivitas yang nantinya dapat menurunkan kualitas hidup.
4. Temukan bakat terpendam dan bersenang-senang dengan kreatifitas yang ada. Gunakan imajinasi untuk menciptakan segala sesuatu yang baru sehingga bisa menghasilkan kehidupan yang lebih baik. Cara ini juga bisa merangsang otak untuk berpikir dan mengaktifkan sel-sel otak lain.
5. Mengenal dengan lebih baik siapa Anda sebenarnya. Ini bisa mempengaruhi bagaimana pemikiran Anda yang sebenarnya. Teratur bermeditasi dapat membantu seseorang lebih mengenal dirinya sendiri dan lebih tenang. Dengan begitu akan merasa bahagia dengan diri sendiri.
Jika bisa mencapai kebahagiaan sejati maka orang akan menjalani hidup ini dengan lebih optimistis dan terbebas dari segala macam stres dan tekanan hidup yang memicu depresi.
Sikap optimistis juga membuat jantung seseorang menjadi lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit seperti darah tinggi serta memiliki pola hidup yang lebih sehat.
sumber : www.detik.com
Api dan asap
Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai. Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.
Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.
Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya rumah-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.
Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?... Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini? Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"
Teman, sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba. Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab, Tuhan selalu ada pada hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.
Dan teman, ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan Maha Tahu yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu.
sumber : http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/note.php?note_id=181056432964&id=93592281183&ref=nf
Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.
Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya rumah-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.
Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?... Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini? Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"
Teman, sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba. Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab, Tuhan selalu ada pada hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.
Dan teman, ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan Maha Tahu yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu.
sumber : http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/note.php?note_id=181056432964&id=93592281183&ref=nf
Minggu, 18 Oktober 2009
sepenggal perjalananku yang tersisa...
siapa bilang dengan menjadi tua aku tak lagi berguna, menyusahkan anak serta cucu atau menjadi "sampah" untuk negaraku karena mereka harus repot memikirkan hari jadi LANSIA dengan segala upacara serta protokoler yang meribetkan serta mengeluarkan biaya yang tak sedikit.....
aku tidak meminta perhatian yang berlebih karena, aku tahu masih banyak yang lebih butuh perhatian karena sudah usai waktuku untuk itu...
tak perlu orang harus menghargai segala "kegunaanku" karena masa baktiku sudah purna...
menjadi tua tidak terus harus duduk tanpa kegiatan......... menunggu ajal, "ach...konyol", gumanku.
sekarang aku tak lagi mampu berjalan dengan tegap, tapi aku tetap "tegap" dengan semangatku...
tas kertas bekas dari toko HP yang kini aku bawa dengan kemucing, lap kain, serta pencepit putung rokok serta cairan pembersih sebagai "alut" dikeseharianku kini.
mungkin tak banyak yang tahu akan keberadaanku diantara beribu orang yang hilir mudik di Mall ini. tapi tak mengapa karena tanpa meraka sadaripun aku berusaha untuk membahagiakan mereka dengan caraku...
aku dan sisa hidupku yang ku nikmati dengan tetap menjadi berguna...
(you-one)
aku tidak meminta perhatian yang berlebih karena, aku tahu masih banyak yang lebih butuh perhatian karena sudah usai waktuku untuk itu...
tak perlu orang harus menghargai segala "kegunaanku" karena masa baktiku sudah purna...
menjadi tua tidak terus harus duduk tanpa kegiatan......... menunggu ajal, "ach...konyol", gumanku.
sekarang aku tak lagi mampu berjalan dengan tegap, tapi aku tetap "tegap" dengan semangatku...
tas kertas bekas dari toko HP yang kini aku bawa dengan kemucing, lap kain, serta pencepit putung rokok serta cairan pembersih sebagai "alut" dikeseharianku kini.
mungkin tak banyak yang tahu akan keberadaanku diantara beribu orang yang hilir mudik di Mall ini. tapi tak mengapa karena tanpa meraka sadaripun aku berusaha untuk membahagiakan mereka dengan caraku...
aku dan sisa hidupku yang ku nikmati dengan tetap menjadi berguna...
(you-one)
Rabu, 14 Oktober 2009
KOK BISA SALAH KETIK / Ayat Tembakau Hilang di DPR
Ayat Tembakau Hilang di DPR
Sudah Beberapa Kali Terjadi, Pelaku Masih Misterius
Rabu, 14 Oktober 2009 | 04:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Penghilangan ayat tentang tembakau dalam Rancangan Undang-Undang Kesehatan terjadi di DPR. Saat Sekretariat Negara menerima berkas RUU tersebut dari DPR untuk pengesahan menjadi undang-undang, ayat tentang tembakau sudah tidak ada.
Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa menegaskan hal tersebut di Jakarta, Selasa (13/10). Mensesneg juga menjelaskan, kasus ini bukan pertama kali terjadi. Kasus serupa pernah terjadi dan diketahui Sekretariat Negara (Setneg).
Menurut Hatta, Setneg menemukan adanya ayat yang hilang saat melakukan pengecekan akhir sebagai prosedur rutin sebelum RUU disahkan menjadi UU.
Dokumen RUU Kesehatan yang diantar dengan surat Ketua DPR kepada Presiden mengenai telah disetujuinya RUU itu untuk dijadikan UU diterima Setneg pada 28 September 2009. Pada dokumen yang dibundel dengan sampul berlogo DPR ini, Pasal 113 hanya memuat dua dari tiga ayat yang seharusnya ada seperti saat disetujui dalam Rapat Paripurna DPR, 14 September 2009.
”Sebagaimana lazimnya, sebelum dilakukan pengesahan atau persetujuan oleh Presiden, Setneg melakukan pengecekan detail, ayat per ayat, pasal per pasal. Dari situ, kami temukan pada Pasal 113, Ayat (2) hilang,” ujar Hatta.
Menindaklanjuti hilangnya ayat itu, Setneg meminta klarifikasi ke Departemen Kesehatan dan Komisi IX DPR. Berita acara klarifikasi untuk mengembalikan Ayat (2) Pasal 113, sesuai dokumen yang disetujui rapat paripurna, sudah ditandatangani oleh Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning dan Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan Faiq Bahfen, tertanggal Selasa kemarin.
Untuk mengesahkan RUU ini menjadi UU Kesehatan dan diundangkan di Lembar Negara, Setneg akan menyerahkan dokumen RUU, yang sudah bersampul dengan logo Presiden, untuk diperiksa dan diparaf per halaman oleh Menteri Kesehatan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Mensesneg. Lalu, barulah RUU ini ditandatangani Presiden dan diundangkan dalam Lembar Negara.
Beberapa kali terjadi
Hatta menyesalkan adanya ayat yang hilang pada dokumen RUU yang disampaikan oleh DPR. Dalam kepemimpinan Hatta di Setneg, ayat yang hilang setelah persetujuan Rapat Paripurna DPR pernah terjadi pula pada dokumen RUU Perkeretaapian dan RUU Tata Ruang.
”Setneg selama ini berusaha menjadi gerbang penjaga terakhir dengan melakukan pengecekan detail sebelum proses pengesahan,” ujar Hatta.
Menurut dia, hilangnya ayat dalam RUU yang sudah disetujui Rapat Paripurna DPR merupakan persoalan yang sangat mendasar. Ia juga pernah membicarakan masalah tersebut dengan Ketua DPR yang ketika itu masih dijabat Agung Laksono. Kenyataannya, persoalan yang sama masih terulang.
”Perlu ada shock therapy karena satu ayat pun bisa jadi dihasilkan setelah berkeringat berdebat berbulan-bulan,” ujarnya.
Pelaku masih misterius
Hilangnya Ayat (2) Pasal 113 dalam RUU Kesehatan yang sudah disetujui dalam Rapat Paripurna DPR, 14 September 2009, masih misterius. Pelakunya belum diketahui secara pasti.
Sekjen DPR Nining Indra Saleh ketika dikonfirmasi pers, Selasa, berkeyakinan bahwa kesalahan ini hanya kesalahan teknis semata, bukan karena unsur kesengajaan, terlebih lagi pengaruh suap dari pihak-pihak yang berkepentingan. ”Kan bisa saja salah ketik,” ucapnya.
Dari sisi prosedural, menurut mantan Sekjen DPR Faisal Djamal, yang biasanya melakukan penyisiran kembali naskah RUU yang telah disetujui dalam rapat paripurna adalah sekretariat komisi atau panitia khusus bersangkutan.
Secara terpisah, mantan Ketua Panitia Khusus UU Kesehatan Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning membantah adanya usaha sengaja menghilangkan Ayat (2) Pasal 113 tentang tembakau sebagai zat adiktif. ”Hilangnya ayat tersebut karena kesalahan teknis belaka,” ujarnya.
Ribka menjelaskan, dia dipanggil unsur pimpinan DPR, Selasa kemarin, guna mengklarifikasi hilangnya ayat.
”Komisi IX pada akhir jabatan kemrungsung membahas lima undang-undang, sedangkan di sekretariat Komisi IX hanya ada ada 19 orang. UU Kesehatan yang dikirim sekretariat kami ke Sekretariat Negara itu draf lama. Tidak ada kesengajaan. Tidak ada masalah berat,” ujar Ribka.
Ribka mengakui, dalam pembahasan RUU Kesehatan terdapat perbedaan pendapat di antara para anggota Komisi IX. ”Fraksi saya yang berbasis petani dan buruh serta sejumlah anggota lain keberatan dengan pasal itu. Pertimbangannya, pasal itu akan berdampak pada petani tembakau dan buruh. Anggota aliansi petani tembakau di Temanggung juga sempat datang menyampaikan keberatannya,” ujar Ribka.
Sebagian anggota lain setuju ayat itu dimasukkan dengan melihat alasan kesehatan. ”Pada akhirnya disetujui untuk melihat alasan kesehatan saja. Pada saat pengesahan paripurna, ayat itu ada,” kata Ribka.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, mengatakan sah- sah saja jika DPR menyatakan hilangnya ayat itu sebagai kesalahan teknis. Namun, dampaknya tidak dapat dipandang enteng mengingat jika undang-undang ”terkorupsi” itu lolos, dampaknya akan luas.
Ketua Harian Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Laksmiati A Hanafiah mengatakan, dengan tercantumnya ayat tersebut, konsekuensinya pemerintah harus tegas mengendalikan produk terkait tembakau, mulai dari iklan, kadar nikotin dan tar, ruang-ruang khusus penggunaan produk tembakau, sampai batasan usia pengguna. (DAY/SUT/INE/THY)
Sudah Beberapa Kali Terjadi, Pelaku Masih Misterius
Rabu, 14 Oktober 2009 | 04:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Penghilangan ayat tentang tembakau dalam Rancangan Undang-Undang Kesehatan terjadi di DPR. Saat Sekretariat Negara menerima berkas RUU tersebut dari DPR untuk pengesahan menjadi undang-undang, ayat tentang tembakau sudah tidak ada.
Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa menegaskan hal tersebut di Jakarta, Selasa (13/10). Mensesneg juga menjelaskan, kasus ini bukan pertama kali terjadi. Kasus serupa pernah terjadi dan diketahui Sekretariat Negara (Setneg).
Menurut Hatta, Setneg menemukan adanya ayat yang hilang saat melakukan pengecekan akhir sebagai prosedur rutin sebelum RUU disahkan menjadi UU.
Dokumen RUU Kesehatan yang diantar dengan surat Ketua DPR kepada Presiden mengenai telah disetujuinya RUU itu untuk dijadikan UU diterima Setneg pada 28 September 2009. Pada dokumen yang dibundel dengan sampul berlogo DPR ini, Pasal 113 hanya memuat dua dari tiga ayat yang seharusnya ada seperti saat disetujui dalam Rapat Paripurna DPR, 14 September 2009.
”Sebagaimana lazimnya, sebelum dilakukan pengesahan atau persetujuan oleh Presiden, Setneg melakukan pengecekan detail, ayat per ayat, pasal per pasal. Dari situ, kami temukan pada Pasal 113, Ayat (2) hilang,” ujar Hatta.
Menindaklanjuti hilangnya ayat itu, Setneg meminta klarifikasi ke Departemen Kesehatan dan Komisi IX DPR. Berita acara klarifikasi untuk mengembalikan Ayat (2) Pasal 113, sesuai dokumen yang disetujui rapat paripurna, sudah ditandatangani oleh Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning dan Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan Faiq Bahfen, tertanggal Selasa kemarin.
Untuk mengesahkan RUU ini menjadi UU Kesehatan dan diundangkan di Lembar Negara, Setneg akan menyerahkan dokumen RUU, yang sudah bersampul dengan logo Presiden, untuk diperiksa dan diparaf per halaman oleh Menteri Kesehatan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Mensesneg. Lalu, barulah RUU ini ditandatangani Presiden dan diundangkan dalam Lembar Negara.
Beberapa kali terjadi
Hatta menyesalkan adanya ayat yang hilang pada dokumen RUU yang disampaikan oleh DPR. Dalam kepemimpinan Hatta di Setneg, ayat yang hilang setelah persetujuan Rapat Paripurna DPR pernah terjadi pula pada dokumen RUU Perkeretaapian dan RUU Tata Ruang.
”Setneg selama ini berusaha menjadi gerbang penjaga terakhir dengan melakukan pengecekan detail sebelum proses pengesahan,” ujar Hatta.
Menurut dia, hilangnya ayat dalam RUU yang sudah disetujui Rapat Paripurna DPR merupakan persoalan yang sangat mendasar. Ia juga pernah membicarakan masalah tersebut dengan Ketua DPR yang ketika itu masih dijabat Agung Laksono. Kenyataannya, persoalan yang sama masih terulang.
”Perlu ada shock therapy karena satu ayat pun bisa jadi dihasilkan setelah berkeringat berdebat berbulan-bulan,” ujarnya.
Pelaku masih misterius
Hilangnya Ayat (2) Pasal 113 dalam RUU Kesehatan yang sudah disetujui dalam Rapat Paripurna DPR, 14 September 2009, masih misterius. Pelakunya belum diketahui secara pasti.
Sekjen DPR Nining Indra Saleh ketika dikonfirmasi pers, Selasa, berkeyakinan bahwa kesalahan ini hanya kesalahan teknis semata, bukan karena unsur kesengajaan, terlebih lagi pengaruh suap dari pihak-pihak yang berkepentingan. ”Kan bisa saja salah ketik,” ucapnya.
Dari sisi prosedural, menurut mantan Sekjen DPR Faisal Djamal, yang biasanya melakukan penyisiran kembali naskah RUU yang telah disetujui dalam rapat paripurna adalah sekretariat komisi atau panitia khusus bersangkutan.
Secara terpisah, mantan Ketua Panitia Khusus UU Kesehatan Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning membantah adanya usaha sengaja menghilangkan Ayat (2) Pasal 113 tentang tembakau sebagai zat adiktif. ”Hilangnya ayat tersebut karena kesalahan teknis belaka,” ujarnya.
Ribka menjelaskan, dia dipanggil unsur pimpinan DPR, Selasa kemarin, guna mengklarifikasi hilangnya ayat.
”Komisi IX pada akhir jabatan kemrungsung membahas lima undang-undang, sedangkan di sekretariat Komisi IX hanya ada ada 19 orang. UU Kesehatan yang dikirim sekretariat kami ke Sekretariat Negara itu draf lama. Tidak ada kesengajaan. Tidak ada masalah berat,” ujar Ribka.
Ribka mengakui, dalam pembahasan RUU Kesehatan terdapat perbedaan pendapat di antara para anggota Komisi IX. ”Fraksi saya yang berbasis petani dan buruh serta sejumlah anggota lain keberatan dengan pasal itu. Pertimbangannya, pasal itu akan berdampak pada petani tembakau dan buruh. Anggota aliansi petani tembakau di Temanggung juga sempat datang menyampaikan keberatannya,” ujar Ribka.
Sebagian anggota lain setuju ayat itu dimasukkan dengan melihat alasan kesehatan. ”Pada akhirnya disetujui untuk melihat alasan kesehatan saja. Pada saat pengesahan paripurna, ayat itu ada,” kata Ribka.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, mengatakan sah- sah saja jika DPR menyatakan hilangnya ayat itu sebagai kesalahan teknis. Namun, dampaknya tidak dapat dipandang enteng mengingat jika undang-undang ”terkorupsi” itu lolos, dampaknya akan luas.
Ketua Harian Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Laksmiati A Hanafiah mengatakan, dengan tercantumnya ayat tersebut, konsekuensinya pemerintah harus tegas mengendalikan produk terkait tembakau, mulai dari iklan, kadar nikotin dan tar, ruang-ruang khusus penggunaan produk tembakau, sampai batasan usia pengguna. (DAY/SUT/INE/THY)
Selasa, 13 Oktober 2009
Pemerintah Pangkas Kuota Jamkesmas
JAKARTA - Pemerintah bakal memangkas kuota peserta program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) tahun depan. Yang semula berjumlah 76,4 juta orang menjadi 61,4 juta orang. Alasannya, jumlah warga miskin berkurang. Padahal, dengan kuota sekarang saja, beberapa warga miskin di daerah tak terakomodasi.
''Sama seperti program penanggulangan warga miskin lainnya, beras raskin dan bantuan lainnya juga akan berkurang,'' kata Menko Kesra Aburizal Bakrie setelah mengadakan rapat koordinasi bersama sejumlah menteri bidang kesra kemarin (12/10).
Pengurangan kuota tersebut, tambah pria yang akrab dipanggil Ical itu, disebabkan warga miskin berkurang dari 18,5 juta kepala keluarga (KK) menjadi 17,5 juta KK. ''Ini menunjukkan upaya pengentasan kemiskinan oleh pemerintah efektif.''
Bukankah masih banyak penduduk miskin di daerah yang tidak terjamin jamkesmas? Deputi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Kementerian Kesra Adang Setiana mengakui hal itu. Namun, keputusan memangkas kuota jamkesmas didasari data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai angka kemiskinan nasional. ''Kalau ada yang tidak terakomodasi, itu disebabkan data BPS dan data pemda berbeda,'' ujarnya enteng.
Adang menambahkan, pemerintah mewajibkan pada 2014 semua masyarakat memiliki asuransi kesehatan. Mulai masyarakat miskin hingga mereka yang bekerja di sektor informal. jawa pos - Selasa, 13 Oktober 2009 (aga/oki)
''Sama seperti program penanggulangan warga miskin lainnya, beras raskin dan bantuan lainnya juga akan berkurang,'' kata Menko Kesra Aburizal Bakrie setelah mengadakan rapat koordinasi bersama sejumlah menteri bidang kesra kemarin (12/10).
Pengurangan kuota tersebut, tambah pria yang akrab dipanggil Ical itu, disebabkan warga miskin berkurang dari 18,5 juta kepala keluarga (KK) menjadi 17,5 juta KK. ''Ini menunjukkan upaya pengentasan kemiskinan oleh pemerintah efektif.''
Bukankah masih banyak penduduk miskin di daerah yang tidak terjamin jamkesmas? Deputi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Kementerian Kesra Adang Setiana mengakui hal itu. Namun, keputusan memangkas kuota jamkesmas didasari data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai angka kemiskinan nasional. ''Kalau ada yang tidak terakomodasi, itu disebabkan data BPS dan data pemda berbeda,'' ujarnya enteng.
Adang menambahkan, pemerintah mewajibkan pada 2014 semua masyarakat memiliki asuransi kesehatan. Mulai masyarakat miskin hingga mereka yang bekerja di sektor informal. jawa pos - Selasa, 13 Oktober 2009 (aga/oki)
Rabu, 30 September 2009
Jumat, 07 Agustus 2009
Terus belajar untuk saling mengerti satu sama lain
................
Kuhidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi
Orang lain bagiku....
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskan lah.. Teruskan lah
Kau begitu...........
..................
sepenggal lirik lagu dari agnes monica yang berjudul "Teruskanlah - Teruskanlah" dialbum terbarunnya menginspirasi saya untuk berbagi cerita dengan teman-teman di FB!
kira-kira beberapa waktu yang lalu teman baikku berkeluh kesah berkenaan dengan kelurganya yang telah dibina selama ini, dalam usia perkawinan yang menginjak 6 tahun tersebut serasa telah kehilangan gairah atau hambar tapi bukan karena ada orang ketiga didalam kehidupan mereka.... (wah... rada susah juga ya? kira'in ada orang ketiga.... kangen band/selingkuh - mode on lalu mode off)
masalahnya sepele hanya karena sang istri "merasa" sang suami tidak lagi memberikan perhatian terhadap istrinya lagi!! begitu ungkap teman baik saya.
sementara dia merasa telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk sang suami tercinta, tapi kata teman baik saya kembali bertanya "kenapa suamiku tidak mampu menyentuh bathinnya.....??" (upsss... dueng... kaya' kebentur tembok nich pikirku..... kok jadi ribet...)
apa lagi dimata sang istri, suaminya merupakan tipe orang yang baik bertanggung jawab terhadap keluarganya.... (nach... ribet bener..)
sementara aku juga bingung harus bilang apa......, kok menemukan cerita menarik yang juga kurang lebih sama berkaitan dengan keluh kesah teman baik saya tersebut dari rumah tetangga sebelah (http://myshant.multiply.com) yang telah belajar terlebih dahulu...
begini ceritanya :
Beberapa waktu yang lalu saya sempat kesal dan marah ke suami. Gara-garanya suami yg sedang lembur tiba-tiba menyuruh saya pulang duluan karena sepertinya pekerjaannya bakalan berlanjut sampai pagi. Padahal waktu itu, sudah hampir jam 9 malam. Saya yang sudah menunggu dia di kantor dari jam 6 sore, otomatis langsung kesal. Kenapa baru bilang sekarang, ketika semua orang di kantor saya sudah pulang semua, sehingga saya tak bisa menumpang kendaraan teman yang searah dengan rumah saya.
Karena kesal, saya kirim sms bernada ngomel ke suami. “kenapa baru bilang sekarang, tahu gitu kan tadi aku nebeng dayat. udah ditungguin kabarnya dari tadi, malah baru ngasih tau sekarang, tega banget sih istri disuruh pulang sendiri. gak takut istirnya digangguin orang?”
Eh, suami cuman mereply “trus ?”
Saya tambah kesal dong, sudah nulis panjang-panjang, cuman direply dengan satu kata. Seperti dipancing, keluar semua deh uneg-uneg yg ada di hati. Saya reply kembali sms-nya : ”mbok ya yang perhatian gitu sama istri, udah tahu istri gak ada tebengan, dijemput kek, dianterin ke stasiun dulu kek, baru kerja lagi”
Saya berharap-harap cemas menunggu reply sms dari suami. Terus terang saja belum pernah marah-marah via sms, takutnya pesan yg tertulis, akan diterima berbeda dengan pesan yang langsung diungkapkan secara lisan.
Beep beep ..beep beep, ada sms masuk. Saya buka, benar dari suami, isinya : “aaarrrhhh ..aku juga capek hati, antara kerja dan keluarga”
Dezigh !!! Rasanya hati ini tertohok banget. Duh, keterlaluan banget ya saya ini, ketika suami harus kerja keras demi menghidupi keluarga, saya malah merecoki dengan pesan gak penting. Bukannya mendukung dengan memberi rasa tenang pada suami, malahan bersikap kekanakan dengan menempatkan suami pada posisi memilih antara kerja atau keluarga. Tapi terus terang, saya masih merasa kesal disuruh pulang sendiri malam-malam begini. Makanya saya masih reply lagi sms-nya “ya udah, aku pulang naik bis aja”
Sambil menunggu bis patas AC, saya merenung lagi. Kenapa saya sampai begitu kesal hanya karena disuruh pulang sendiri ya?. Biasanya kalau suami lembur ataupun tugas keluar kota, saya biasa aja pulang-pergi sendiri. Bahkan waktu janjian dinner sama temen-temen genk Soup, dan pulang naik bis jam 10 malam, saya cuek aja. Apa saya kesal karena suami baru menyuruh pulang ketika saya sudah lelah menunggu ? Apa saya kesal karena membayangkan harus berdiri di bis ? Atau apakah saya kesal karena suami “dengan tenang dan percaya” menyuruh saya pulang sendiri ? Nah, sepertinya alasan terakhir itulah yang memicu kekesalan dan kemarahan saya. Suami sepertinya percaya banget bahwa saya cukup berani dan bisa dipercaya untuk pulang sendiri dengan aman. Saya merasa bahwa suami saya kok gak kuatir saya –yang meskipun ibu-ibu tapi masih suka digangguin cowok ini- dilepas begitu aja pulang malam sementara dia kerja dan gak pulang. Apa saya gak cukup cantik bagi dia, sehingga dia cuek aja dan berpikiran “alah, istriku udah ibu-ibu, gak mungkin digodain cowok, bisalah pulang sendiri” ?. Atau dia terlalu percaya bahwa saya adalah perempuan mandiri yang udah biasa melakukan aktifitas tanpa harus selalu ditemenin olehnya ? Oke deh, saya akui emang pemikiran suami gak salah juga. Saya memang udah biasa melakukan aktifitas sendiri tanpa suami, bahkan melahirkan tanpa didampingi suami aja berani kok. Tetapi terkadang sebagai perempuan, saya ingin juga dipuja dan dimanja oleh suami. Saya juga ingin, suami menyampaikan kekhawatirannya, kemudian sok jadi jagoan yang bersedia mendampingi kemanapun saya pergi, meskipun nantinya bakalan saya tolak juga sih. Pendek kata, saya ingin suami mengungkapkan bahwa dia kuatir sama saya, bahwa saya penting bagi dia. Ah, disaat seperti ini saya merasa betapa perempuannya saya. Jauh di bawah alam sadar saya, ternyata saya hanyalah perempuan biasa, yang ingin dimanjakan dengan kata-kata.
Tiba-tiba sebuah kesadaran menghantam kepala saya, persis seperti lampu bohlam yang berpijar di komik jepang. Bisa jadi kemandirian sayalah yang membuat suami saya tertarik pada saya. Bisa jadi karena saya gak rewel minta ditemani kesana kemari itulah yang membuat suami saya nyaman. Bisa jadi kalau saya seperti perempuan lain yang menye-menye, manja dan kolokan, suami saya tidak akan tertarik dari pertama dan tidak akan memilih saya menjadi pendamping hidupnya. Jadi kenapa saya harus mengacaukannya ?
Lagian, meskipun suami tidak menyampaikan kekhawatirannya secara langsung, bukan berarti dia tidak kuatir kan? Buktinya, malam itu ketika saya tiba di rumah, ada banyak miskol dan sms dari suami menanyakan apakah saya sudah sampai rumah. Memang isi sms-nya cuma “udah sampai rumah belum ?”, tapi saya bisa menangkap kekuatiran yang tersirat di sana. Dan itu membuat saya tersenyum, dan sayapun membalas sms-nya dengan permintaan maaf dan mengingatkan dia untuk tidak melupakan makan malam.
ternyata suami saya akhirnya tahu bahwa saya perlu tahu kalau dia kuatir pada saya. Sayapun jadi tahu bahwa saya memang penting bagi dia, bahwa dia menganggap saya perempuan yang hebat. Rasanya....
Insiden malam itu berakhir bahagia... (mbah surip - mode on)
nach kembali keteman saya tersebut dan mungkin kita semua..... apa kita mau "terus belajar untuk saling mengerti satu sama lain" sehingga dapat tercipta keluarga sakinah mawadah warohmah? amien.
matur nuwun
Kuhidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi
Orang lain bagiku....
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskan lah.. Teruskan lah
Kau begitu...........
..................
sepenggal lirik lagu dari agnes monica yang berjudul "Teruskanlah - Teruskanlah" dialbum terbarunnya menginspirasi saya untuk berbagi cerita dengan teman-teman di FB!
kira-kira beberapa waktu yang lalu teman baikku berkeluh kesah berkenaan dengan kelurganya yang telah dibina selama ini, dalam usia perkawinan yang menginjak 6 tahun tersebut serasa telah kehilangan gairah atau hambar tapi bukan karena ada orang ketiga didalam kehidupan mereka.... (wah... rada susah juga ya? kira'in ada orang ketiga.... kangen band/selingkuh - mode on lalu mode off)
masalahnya sepele hanya karena sang istri "merasa" sang suami tidak lagi memberikan perhatian terhadap istrinya lagi!! begitu ungkap teman baik saya.
sementara dia merasa telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk sang suami tercinta, tapi kata teman baik saya kembali bertanya "kenapa suamiku tidak mampu menyentuh bathinnya.....??" (upsss... dueng... kaya' kebentur tembok nich pikirku..... kok jadi ribet...)
apa lagi dimata sang istri, suaminya merupakan tipe orang yang baik bertanggung jawab terhadap keluarganya.... (nach... ribet bener..)
sementara aku juga bingung harus bilang apa......, kok menemukan cerita menarik yang juga kurang lebih sama berkaitan dengan keluh kesah teman baik saya tersebut dari rumah tetangga sebelah (http://myshant.multiply.com) yang telah belajar terlebih dahulu...
begini ceritanya :
Beberapa waktu yang lalu saya sempat kesal dan marah ke suami. Gara-garanya suami yg sedang lembur tiba-tiba menyuruh saya pulang duluan karena sepertinya pekerjaannya bakalan berlanjut sampai pagi. Padahal waktu itu, sudah hampir jam 9 malam. Saya yang sudah menunggu dia di kantor dari jam 6 sore, otomatis langsung kesal. Kenapa baru bilang sekarang, ketika semua orang di kantor saya sudah pulang semua, sehingga saya tak bisa menumpang kendaraan teman yang searah dengan rumah saya.
Karena kesal, saya kirim sms bernada ngomel ke suami. “kenapa baru bilang sekarang, tahu gitu kan tadi aku nebeng dayat. udah ditungguin kabarnya dari tadi, malah baru ngasih tau sekarang, tega banget sih istri disuruh pulang sendiri. gak takut istirnya digangguin orang?”
Eh, suami cuman mereply “trus ?”
Saya tambah kesal dong, sudah nulis panjang-panjang, cuman direply dengan satu kata. Seperti dipancing, keluar semua deh uneg-uneg yg ada di hati. Saya reply kembali sms-nya : ”mbok ya yang perhatian gitu sama istri, udah tahu istri gak ada tebengan, dijemput kek, dianterin ke stasiun dulu kek, baru kerja lagi”
Saya berharap-harap cemas menunggu reply sms dari suami. Terus terang saja belum pernah marah-marah via sms, takutnya pesan yg tertulis, akan diterima berbeda dengan pesan yang langsung diungkapkan secara lisan.
Beep beep ..beep beep, ada sms masuk. Saya buka, benar dari suami, isinya : “aaarrrhhh ..aku juga capek hati, antara kerja dan keluarga”
Dezigh !!! Rasanya hati ini tertohok banget. Duh, keterlaluan banget ya saya ini, ketika suami harus kerja keras demi menghidupi keluarga, saya malah merecoki dengan pesan gak penting. Bukannya mendukung dengan memberi rasa tenang pada suami, malahan bersikap kekanakan dengan menempatkan suami pada posisi memilih antara kerja atau keluarga. Tapi terus terang, saya masih merasa kesal disuruh pulang sendiri malam-malam begini. Makanya saya masih reply lagi sms-nya “ya udah, aku pulang naik bis aja”
Sambil menunggu bis patas AC, saya merenung lagi. Kenapa saya sampai begitu kesal hanya karena disuruh pulang sendiri ya?. Biasanya kalau suami lembur ataupun tugas keluar kota, saya biasa aja pulang-pergi sendiri. Bahkan waktu janjian dinner sama temen-temen genk Soup, dan pulang naik bis jam 10 malam, saya cuek aja. Apa saya kesal karena suami baru menyuruh pulang ketika saya sudah lelah menunggu ? Apa saya kesal karena membayangkan harus berdiri di bis ? Atau apakah saya kesal karena suami “dengan tenang dan percaya” menyuruh saya pulang sendiri ? Nah, sepertinya alasan terakhir itulah yang memicu kekesalan dan kemarahan saya. Suami sepertinya percaya banget bahwa saya cukup berani dan bisa dipercaya untuk pulang sendiri dengan aman. Saya merasa bahwa suami saya kok gak kuatir saya –yang meskipun ibu-ibu tapi masih suka digangguin cowok ini- dilepas begitu aja pulang malam sementara dia kerja dan gak pulang. Apa saya gak cukup cantik bagi dia, sehingga dia cuek aja dan berpikiran “alah, istriku udah ibu-ibu, gak mungkin digodain cowok, bisalah pulang sendiri” ?. Atau dia terlalu percaya bahwa saya adalah perempuan mandiri yang udah biasa melakukan aktifitas tanpa harus selalu ditemenin olehnya ? Oke deh, saya akui emang pemikiran suami gak salah juga. Saya memang udah biasa melakukan aktifitas sendiri tanpa suami, bahkan melahirkan tanpa didampingi suami aja berani kok. Tetapi terkadang sebagai perempuan, saya ingin juga dipuja dan dimanja oleh suami. Saya juga ingin, suami menyampaikan kekhawatirannya, kemudian sok jadi jagoan yang bersedia mendampingi kemanapun saya pergi, meskipun nantinya bakalan saya tolak juga sih. Pendek kata, saya ingin suami mengungkapkan bahwa dia kuatir sama saya, bahwa saya penting bagi dia. Ah, disaat seperti ini saya merasa betapa perempuannya saya. Jauh di bawah alam sadar saya, ternyata saya hanyalah perempuan biasa, yang ingin dimanjakan dengan kata-kata.
Tiba-tiba sebuah kesadaran menghantam kepala saya, persis seperti lampu bohlam yang berpijar di komik jepang. Bisa jadi kemandirian sayalah yang membuat suami saya tertarik pada saya. Bisa jadi karena saya gak rewel minta ditemani kesana kemari itulah yang membuat suami saya nyaman. Bisa jadi kalau saya seperti perempuan lain yang menye-menye, manja dan kolokan, suami saya tidak akan tertarik dari pertama dan tidak akan memilih saya menjadi pendamping hidupnya. Jadi kenapa saya harus mengacaukannya ?
Lagian, meskipun suami tidak menyampaikan kekhawatirannya secara langsung, bukan berarti dia tidak kuatir kan? Buktinya, malam itu ketika saya tiba di rumah, ada banyak miskol dan sms dari suami menanyakan apakah saya sudah sampai rumah. Memang isi sms-nya cuma “udah sampai rumah belum ?”, tapi saya bisa menangkap kekuatiran yang tersirat di sana. Dan itu membuat saya tersenyum, dan sayapun membalas sms-nya dengan permintaan maaf dan mengingatkan dia untuk tidak melupakan makan malam.
ternyata suami saya akhirnya tahu bahwa saya perlu tahu kalau dia kuatir pada saya. Sayapun jadi tahu bahwa saya memang penting bagi dia, bahwa dia menganggap saya perempuan yang hebat. Rasanya....
Insiden malam itu berakhir bahagia... (mbah surip - mode on)
nach kembali keteman saya tersebut dan mungkin kita semua..... apa kita mau "terus belajar untuk saling mengerti satu sama lain" sehingga dapat tercipta keluarga sakinah mawadah warohmah? amien.
matur nuwun
Langganan:
Postingan (Atom)