Pak Sumi dan Bu Suti adalah pasangan suami istri yang sudah sangat tua sekali. Suatu hari mereka sepakat untuk mengunjungi tempat pertama kali bertemu dulu untuk bernostalgia.
Pak Sumi: "Bukne, masih ingat ketika kita bertemu pertama kali 50 tahun yang lalu? Kita pergi dari rumah makan ini, jalan kaki menuju pojokan sana di belakang pom bensin, dan di pagar itu kita bercinta dengan gaya main belakang?"
Bu Suti: "Oh.. tentu saja ingat, Pakne sayang."
Pak Sumi: "Kalo gitu, untuk mengenang masa lalu, bagaimana kalo kita kembali lagi ke sana dan melakukannya sekali lagi seperti dulu, dan.. ehem.. tentu saja posisinya tetap dari belakang."
Seorang pemuda bernama Joni Jontor yang kebetulan sedang berada di rumah makan dan duduk membelakangi, tertarik mendengar pembicaraan pasangan tua ini. Karena penasaran, Joni Jontor lalu mengikuti Pak Sumi dan Bu Suti berjalan kaki meninggalkan rumah makan.
Di belakang pom bensin, Joni Jontor melihat Bu Suti menurunkan celana dalamnya dan mengangkat roknya, sementara Pak Sumi melepaskan celana dalamnya dan memeluk pinggul sang nenek dari belakang. Bu Suti lalu mengambil posisi dengan berpegangan pada pagar besi di depannya.
Lalu tubuh keduanya bergerak sangat cepat sekali sehingga pagar yang dipegang bergetar hebat. Semua gerakan seolah-olah kabur saking cepatnya. Mereka melakukannya tanpa berhenti sedikitpun sampai pada akhirnya mereka jatuh ke tanah dan tidak bergerak sama sekali sampai beberapa puluh menit kemudian.
Joni Jontor pun terpesona, belum pernah ia melihat adegan seks sedahsyat itu. "Aku harus tahu apa rahasianya! masa seorang kakek bisa bercinta seperti itu, apalagi aku yang masih muda," kata Joni Jontor dalam hati. Akhirnya dengan memberanikan diri, Joni Jontor menghampiri Pak Sumi dan Bu Suti yang masih terbaring lemah.
Joni Jontor: "Pak, maaf ya .. kebetulan tadi saya menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Selama hidup saya, belum pernah saya melihat seorangpun yang dapat bercinta seperti itu. Apa sih rahasianya? Saya yakin 50 tahun yang lalu Bapak pasti lebih hebat lagi dong?" Meski masih dalam kondisi sangat lemah, Pak Sumi lalu menjawab, "Nak, 50 tahun yang lalu, pagar sialan itu belum ada listriknya.. ." (from ?)
Kamis, 26 Juli 2007
Rabu, 25 Juli 2007
"NIKMATILAH KOPINYA, BUKAN CANGKIRNYA"
Sekelompok alumni University California of Bekeley yang telah mapandalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus merekayang telah tua.Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di pekerjaan dan kehidupan merekaMenawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis.Dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah.Dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan :"Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja.Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami.""Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi."Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum.Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain.""Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan.Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi.Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya.Jadi nikmatilah kopinya, bukan cangkirnya.Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda.Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda,anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan.Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia.Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.
BONUS :Ingatlah sukses bukanlah tujuan, bukan pula perjalanan.Sukses adalah mindset.Bukan hanya cogito er go sum (saya berpikir maka saya ada), namun sum ego prosperitas (sukses adalah saya).
from : ?
Senin, 16 Juli 2007
Jakarta, 10 juni 2007
Sudah satu minggu (5 juni 2007) ini yoan ada dijakarta, aku harus mencoba keras untuk menyesuaikan diri dengan cepat dengan segala resiko tinggal di Ibu Kota ini। Setiap hari hidup di jakarta sungguh serba tidak rasional dan manusiawi, sehingga aku lebih memilih sepeda untuk segala aktifitas termasuk harus kekantor!! ongkos transportasi yang mahal dan ketidaknyamanan harus dilakoni... Payah!!
Hanya itu "gerutuku" yang aku bisa lakukan dan LAWAN KETIDAKNYAMANAN DENGAN BERSEPEDA (dasar orang gila ).
Sabtu, 14 Juli 2007
Kenapa kita ingin ber-B2W
Written by Budi Santoso
Bersepeda adalah pilihan berkendaraan bagi siapa saja। Tanpa memandang umur, status sosial maupun jenis kelamin, kita bisa melakukan aktifitas bersepeda। Salah satu aktifitas itu adalah dengan bersepeda ke tempat kerja, kampus, sekolah, pasar, atau bahkan ke mall dan ke tempat tujuan lainnya (istilah kerennya 'Bike to Work')।
Bike to Work merupakan pilihan sekaligus kebutuhan bagi mereka yang menggemari sepeda sebagai alat olah raga dan rekreasi, tapi juga ingin memanfaatkan untuk alat transportasi alternatif sehari-hari.
Dengan kita berB2W, ada nilai plus yang bisa kita dapatkan dan sumbangkan secara langsung. Diantaranya kesehatan diri, penghematan finansial & BBM, pengurangan polusi, hingga mengurangi stres kita di jalan akibat kemacetan, dan lain-lain....
Buat kita yang juga menggunakan kendaraan selain sepeda, janganlah aktifitas B2W menjadi penghalang untuk menggunakan kendaraan lain. Tetapi pada satu kondisi tertentu, kita akan memilih dan membutuhkan kendaraan sepeda untuk teman perjalanan kita ke tempat kerja atau tempat lainnya.
Terakhir dari kami, selamat menikmati perjalanan dengan sepeda, teman!
Semoga selamat dan bahagia sampai di tempat tujuan.
Salam, http://www.b2w-indonesia.or.id/
Komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia
Bike to Work merupakan pilihan sekaligus kebutuhan bagi mereka yang menggemari sepeda sebagai alat olah raga dan rekreasi, tapi juga ingin memanfaatkan untuk alat transportasi alternatif sehari-hari.
Dengan kita berB2W, ada nilai plus yang bisa kita dapatkan dan sumbangkan secara langsung. Diantaranya kesehatan diri, penghematan finansial & BBM, pengurangan polusi, hingga mengurangi stres kita di jalan akibat kemacetan, dan lain-lain....
Buat kita yang juga menggunakan kendaraan selain sepeda, janganlah aktifitas B2W menjadi penghalang untuk menggunakan kendaraan lain. Tetapi pada satu kondisi tertentu, kita akan memilih dan membutuhkan kendaraan sepeda untuk teman perjalanan kita ke tempat kerja atau tempat lainnya.
Terakhir dari kami, selamat menikmati perjalanan dengan sepeda, teman!
Semoga selamat dan bahagia sampai di tempat tujuan.
Salam, http://www.b2w-indonesia.or.id/
Komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia
SEBUAH GUNDAH DI PEREMPATAN PRAMUKA
"Yah rese deh... kena lampu merah lagi...!"Benar juga. Belum dua menit yang lalu kena lampu merah, kini aku lagi-lagi harus menginjak rem motor dalam-dalam untuk menyambut si bohlam bulat merah di depan. Desah kesal bercampur "gerundel" kecil menghiasi telingaku saat ini. Apalagi saat kulihat beberapa motor dengan enaknya melanjutkan perjalanan, mentang-mentang tak ada polisi berjaga di sana. Maju.... enggak ah.. maju... ah enggak jadi ah.... ah maju aahh.... eh kendaraan dari sisi kanan sudah melaju... Telat !!! Aihh... masa mesti melabas lampu merah lagi.... hehe... Sambil melihat-lihat ulah anak-anak kecil penjaja suara menunggu receh diulurkan dari para pengendara 2 buah mobil didepanku, pandanganku tertumbuk pada sesosok bapak yang menjajakan sebuah gambar berukuran sedang dan sebuah hiasan meja. Oh! Gambar berpigura yang diapit tangan kanan itu ternyata gambar Yesus, dan hiasan meja yang digenggam oleh tangan kiri adalah salib. Ah.. biasa saja. Mau jual apapun, itu hak siapa saja. Aku tak ambil pusing. Rasa kagetku muncul saat melihat hiasan kepala yang digunakan si bapak penjaja itu.... Dia memakai pici haji !! Loh... kok... gimana sih... apa maksudnya? Ahah... si bapak kini mendekati aku... Kesempatan berburu informasi nih! Kubuka helm yang sedari tadi melindungi kepalaku dengan setia, dan memegangnya dengan tangan kiri. Tangan kanan kini sibuk menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tak begitu gatal. Aku penasaran betul, ingin berbicara barang sedikit dengan bapak itu."Malem Pak.... wah... malam-malam begini, masih jualan juga Pak? Belum pulang?" tanyaku sambil tak lupa mengulum senyum manis ... *taelaa* "Oh, hehe... belum mas....", jawab si bapak tak kalah ramah. Usianya belum terlalu tua, walau tak bisa dibilang muda juga. "Biasanya bapak pulang jam 11-an". Kulongok jam tanganku, oh... sekarang baru jam 10 malam."Dagangannya laku berapa Pak hari ini?". Aku kembali bertanya, sambil melihat-lihat pigura bergambar Yesus dan hiasan salib keramik yang dibawanya.Si Bapak menjawab sambil mengangkat sedikit salib keramik itu. "Yah... yang salib sih laku 1 biji. Yang gambar ini... belum laku mas. Mas mau beli?"Aku tersenyum getir... walau tetap berusaha tampil manis. "Hehe... saya... saya muslim Pak. Maaf yah...""Oh.. mas muslim thoo... Waduh saya yang minta maaf nih..." Hihi.. si bapak jadi salah tingkah begitu.."Nggak apa-apa Pak. Ohya Pak.... mm.. maaf nih sebelumnya... Bapak... pakai pici haji tuh... bapak muslim juga kah? Maaf sebelumnya looo Paak....""Oh, mas perhatian juga rupanya. Mm.. iya, saya muslim."Heh? Bener dugaanku. Wah... Ada yang nggak bener negh..."Bapak muslim? Lalu... mm... kenapa bapak jualan beginian?" tanyaku dengan hati-hati."Ya.. sebenarnya bapak juga ndak suka, mas. Makanya bapak tetap memakai pici haji.""Lho.. klo ndak suka, kenapa tetap jualan Pak?""Ya.. mas pasti tahu lah.... biasa mas... urusan perut...". jawab si bapak.I knew it !! Kulihat raut wajahnya kini agak "mendem". Waduh, jadi gak enak nih...."Trus Pak... tadi bapak bilang, hari ini baru laku 1 biji, yang salib itu tuh. Trus berapa untungnya? Apa cukup keuntungan 1 dagangan itu untuk kebutuhan sehari, Pak?"Si bapak bergeser, pindah posisi ke bagian depan motorku. Ia memandangi hiasan salib keramik itu beberapa detik."Mm... sebenarnya, laku nggak laku, nggak jadi soal mas.""Nggak jadi soal bagaimana pak?""Ya.. setiap hari, asal saya mau menjajakan ini, laku nggak laku, saya dikasih 25 ribu rupiah per hari. Kalau dagangannya laku, semua uangnya ya buat saya... Tiap hari ada yang ngasih uang ke saya. Klo dagangannya habis, saya dikasih lagi. Begitu terus mas...."DEZIIGHH!!! Aku bener-bener kaget sekarang. Masya Allah.... astaghfirullah.... Aku kini terdiam."Ya gimana ya mas... Klo ada yang bisa ngasih pekerjaan yang baik, yang layak, saya udah pasti ndak mau jalanin ini, mas. Tapi gimana lagi... mau dikasih makan apa anak istri saya mas... Saya tahu ini nggak halal, saya juga tahu ini uang nggak baek, karena bisa jadi, saya ngegadain agama saya, mas. Tapi... ya itulah mas... klo gak begini... kami sekeluarga makan apa....."Aku masih terdiam. Aku sampai tak sadar, bahwa mesin motorku mati, kalau saja bapak itu tidak mengingatkan."Tapi mas boleh percaya, saya tetap muslim mas, gusti Allah tetep Tuhan saya. Kalau ada kerjaan yang lebih baik dan hasilnya cukup untuk keluarga, saya pasti gak jualan beginian mas... percaya mas...""Iya Pak. Mm.. apa bapak belum pernah coba jualan yang lainnya, gitu?""Iya, pernah...jualan koran, makanan kecil dan rokok, tapi hasilnya gak cukup mas, boro-boro sisa, buat makan aja kurang, lebih-lebih bayar biaya sekolah anak .... jauh lah ama yg sekarang ini mas....".TIINN!! TIIN !! Pengemudi mobil di belakang sudah membunyikan klakson dan menyalakan lampu dimnya. Kulihat ke depan, ternyata lampu merah sudah padam, berganti hijau, entah sejak kapan, sampai kendaraan di belakang saya ngomel-ngomel."Oke pak... makasih banyak yah Pak.... maaf sebelumnya. Assalamu'alaykum!" Tak sempat menunggu jawaban si bapak, aku bergegas menarik gas motorku, melewati perempatan pramuka yang saat itu sudah mulai sepi.Sepanjang perjalanan Rawasari - Sumur Batu, aku betul-betul gundah. Kurang ajar misionaris itu !! Kampungan banget seh cara yang mereka tempuh !! Umpatan demi umpatan silih berganti memenuhi relung hatiku saat itu. Tapi mendadak aku tersadar. Hey... ini bukan salah misionaris itu ! Mereka hanya memanfaatkan situasi yang ada ! Situasi dimana umat Islam kini sudah betul-betul lemah dalam hal ekonomi. Situasi di mana umat Islam tak lagi peduli pada saudara seagamanya yang dhu'afa. Situasi di mana Rasululah pernah ungkapkan 14 abad silam, bahwa umat Islam yang mayoritas, tak ubahnya seperti buih di lautan. Tak berkekuatan. Tak berwibawa. Tak bergigi. Tak berpengaruh. Antara ada-tiada. Innaa lillaah...Apa yang bisa aku lakukan? Apa yang bisa aku sumbangkan? Apa yang bisa aku bantu? Lagi-lagi berondongan pertanyaan menghujani pikiranku. Ahh... pusing...Hari itu aku tidur dengan suasana hati yang sedikit tak enak. Tapi toh akhirnya tertidur juga.Peristiwa itu ternyata betul-betul terlupakan... sampai tadi aku menyaksikan acara di sebuah televisi swasta, yang menayangkan profil kaum dhu'afa, seorang bapak penjual kerupuk. Mendadak aku teringat pada si bapak penjual hiasan di perempatan Pramuka. Apa kabarnya sekarang? Apakah di bulan Ramadhan ini beliau tetap berjualan seperti biasanya? Ah... ingin rasanya memacu motor bebekku menemuinya. Tapi hm... sudah malam. Bapak itu berjualan sampai jam 11 malam. Sekarang sudah hampir jam 11.30 malam.Ya Allah, semoga ini adalah teguran darimu, betapa kesadaran kami akan pentingnya saling tolong menolong pada sesama saudara segama, masih belum terpatri dengan baik, masih belum menjadi hiasan akhlak kami dalam menapaki hidup ini. Ya Rabb, berikanlah kami kekuatan, karuniakanlah kami kesadaran, sinarilah hati kami dengan pancaran kasih dan sayangMu, sehingga kami bisa berusaha semaksimal mungkin menyayangi dan mengasihi sesama kami. Ya Rahmaan, yaa Rahiim. Di luar sana banyak saudara-saudara kami yangmendapatkan nafkah melalui cara yang mungkin tidak Engkau ridhai, karena kondisi yang memaksa mereka. Berilah mereka ampunan, berilah mereka hidayah, maafkanlah ketidaktahuan mereka, ya Rabb. Tuntunlah mereka menuju jalan yang Engkau ridhai, dan tuntunlah kami untuk membantu mereka.....Aamiin....(no name)
Langganan:
Postingan (Atom)